Kotakecil nan indah dikelilingi beberapa gunung hawa yang sejuk membuat kita ingin kembali. Tim Hadrah Riyadlul Jannah - Allahu Allah~Syi'ir Gresik~Busyrolana~Qomarun.mp3 Size : 13.9 MB A. Hal-hal yang perlu diketahui oleh guru dalam upaya perkembangan peserta didik.
Duniaitu adalah nerakanya orang mukmin dan surganya orang kafir. Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, dan neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (nafsu). Bentuk ujian Allah itu bermacam-macam. Hal ini adalah wajar, mengingat hadiahnya pun luar biasa, yaitu hidup abadi dalam kebahagiaan di surga.
Jannahdikelilingi oleh hal-hal yang. a.dibenci oleh malaikat b.disukai oleh setan oleh hawa nafsu d.sesuai dengan syahwat e.berlawanan - 237 rini7497 rini7497 22.08.2019
Keinginannyamemeluk agama islam bukan karena ingin menikah, melainkan karena sejak ia kecil sampai kuliah dan sekarang ini, ia selalu dikelilingi oleh teman-teman dan sahabatnya beragama Islam. Sehingga hal itu yang secara tidak langsung nyatanya mempengaruhi dirinya untuk memeluk agama Islam.
HotmanParis dan asisten pribadinya, Nurbaeny Jannah (Instagram @hotmanparisofficial) Hotman memang mengakui bahwa ia suka dikelilingi oleh wanita cantik, maka dari itu dirinya terus menambah aspri untuk mendampinginya. Menurut Hotman Aspri yang bekerja pada dirinya juga akan mendapatkan bonus yang banyak bahkan bisa sampai terkenal.
Nabiﷺ di dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim menegaskan: وحفت الجنة بالمكاره ، حفت النار بالشهوات Kata Nabi ﷺ "Surga itu dikelilingi dengan hal-hal atau perkara-perkara yang dibenci. Dibenci oleh keinginan dan hawa nafsu kita. Dan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai oleh nafsu kita." Jadi sesorang itu kalau ingin untuk masuk surga
Itulahtangan yang sentiasa digunakan untuk bekerja,mencari nafkah demi menyara diri dan keluarga.Itulah kulit yang dicintai Nabi Muhammad s.a.w,kulit yang menjadi hitam terbakar dek matahari,bukan kulit yang putih kerana takut dibakar dicintai Nabi s.a.w adalah tangan yang kasar dan keras beserta kulit yang melepuh kerana
Dalambeberapa konteks kehidupan, normalisasi kesalahan bisa merupakan hal yang positif. Contoh simpelnya adalah ketika belajar suatu pelajaran, untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan pasti perlu proses yang tidak jarang akan menemui kesalahan-kesalahan terlebih dahulu. Kita sebagai pelajar ataupun guru dapat menormalisasi kesalahan
G4BvwJT. Assalaamu'alaikum warahmatullaahi sore pak. Ini saya mau tanya. Jannah dikelilingi oleh hal-hal yang bagaimana ya Pak? Pertanyaan ini saya sampaikan karena dulu pernah mendengar bacaan hadis tentang hal itu. Minta tolong juga saya dijelaskan hadisnya mengenai masalah ini. Terima kasih banyak Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi sore ini dalam keadaan sehat dan tidak kurang suatu apa pun. Semoga Anda pun juga jannah ialah surga. Terkait dengan pertanyaan jannah dikelilingi oleh hal-hal yang bagaimana. Maka perlu kami tuliskan terlebih dahulu di sini Neraka dikelilingi dengan syahwat hal-hal yang menyenangkan nafsu, sedang jannah dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi nafsu.Dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di atas dapat kita simpulkan bahwa jannah dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disenangi oleh dikelilingi oleh segala hal yang tidak disenangi oleh nafsu. Manusia memang memiliki nafsu. Tetapi bila nafsu itu tidak diatur oleh agama maka akan menjerumuskan manusia kepada jurang yang menghiasi surga umumnya tidak disukai oleh nafsu manusia. Misalnya saja amalan bersedekah. Nafsu manusia tidak suka bersedekah karena digambarkan sedekah itu akan mengurangi hartanya. Sudah susah payah dalam mencari harta malah disuruh untuk bersedekah. Inilah pandangan nafsu. Padahal, itu adalah jalan kebaikan dan kebahagiaan. Orang yang bersedekah tidak akan miskin bahkan sebaliknya. Tidak berkurang juga ibadah-ibadah yang lainnya. Jalan ke surga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci oleh nafsu manusia. Berbeda ketika jalan menuju ke neraka. Jalan ke sana dipenuhi oleh hal-hal yang disukai oleh nafsu. Tetapi, pada akhirnya jalan tersebut malah menjerumuskan manusia kepada jurang kesulitan dan semoga bermanfaat penjelasan sedikit ini. Wallahu a'lam.
Khutbah Jumat Jannah, Hanya Bagi yang Mampu Membayar Harganya إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Segala puji kita bagi Allah Rabb semesta atas berbagai macam nikmat yang telah dianugerahkan pada kita semua. Apa pun nikmat yang Allah berikan patut kita syukuri walau itu sedikit. مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri sesuatu yang banyak.” HR. Ahmad Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang ada dalam ketaatan dan ketakwaan pada Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita. JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Rasulullah bersabda حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ وَحُمَيْدٍ عَنْ نَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتأ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, telah bercerita kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dan Humaid, dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Jannah dikelilingi oleh berbagai hal yang tidak menyenangkan dan neraka dikelilingi dengan syahwat.” HR Muslim Nabi mengabarkan kepada kita bahwa jannah dikelilingi oleh berbagai hal yang umumnya tidak disukai oleh manusia. Siapapun yang ingin mendapatkan Jannah mesti siap menempuh jalan yang penuh onak dan duri, jalan perjuangan yang melelahkan, pengorbanan harta, tenaga, usia dan bahkan nyawa, kendati hawa nafsu menentangnya. Terpampang pula di hadapannya seribu satu rintangan yang tak diingini oleh nafsu yang cenderung rehat dan berfoya-foya. Sebaliknya, neraka terselubungi oleh sejuta pesona yang menggiurkan orang untuk menjamahnya, serasi dengan selera nafsu dan angkara. Sehingga banyak manusia terkecoh oleh jerat dan perangkapnya. Teraihnya jannah hanyalah apabila manusia sanggup bermain dengan aturan dan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Sang Pemiliki Jannah Allah berupa perintah dan larangan. Mengikuti rambu-rambu tersebut membutuhkan kesabaran ekstra dan pengorbanan yang luar biasa. Karena umumnya perintah adalah sesuatu yang berat diterima oleh selera hawa nafsunya. Adapun wujud larangan biasanya justru sesuatu yang diingini oleh syahwatnya. Namun inilah harga yang telah ditentukan oleh Pemiliknya. Allah mensifatkan keadaan penghuni jannah dengan firman-Nya وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾ “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah tempat tinggal nya.” QS An-Nazi’at 40-41 JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Mush’ab bin Umair, rela meninggalkan segala kemewahannya ketika diboikot orang tua sejak masuk Islam. Dari pemuda yang paling keren, paling halus bajunya, paling wangi minyaknya bagaikan photo model dan paling didamba gadis-gadis di Mekah. Akhirnya beliau tinggalkan semuanya karena Islam. Bahkan tatkala syahid di medan perang, hanya burdah yang dimilikinya untuk menutup tubuhnya, jika ditutpkan kakinya kelihatan kepalanya dan jika ditutupkan kepalanya terlihat kakinya. Beliau tahu, itulah alat tukar untuk meraih jannah. Demi melihatnya nabi bersabda, “Sungguh di Mekah dahulu aku tidak melihat orang yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada kamu. Namun sekarang rambutmu kusut masai dan tubuhmu hanya ditutup dengan sehelai burdah.” Lalu beliau bersabda perihal Mush’ab dan pahlawan lain yang gugur نَّكُمُ الشُّهَدَاءُ عِنْدَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ يَشْهَدُ أ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ “Sungguh Rasulullah aku bersaksi bahwa kalian adalah syuhada di sisi Allah pada hari kiamat.” JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Jannah tidaklah disediakan bagi mereka yang tak mau membayar harga, bakhil dalam mengorbankan apa yang dimilikinya untuk mendapatkannya. Bukan pula untuk manusia yang berangan untuk meraihnya namun tak sudi menempuh jalannya. Allah menceritakan perihal orang-orang yang tidak turut serta dalam perang Tabuk لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَّاتَّبَعُوكَ وَلَـٰكِن بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ ۚوَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّـهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنفُسَهُمْ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ﴿٤٢﴾ “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah “Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” At-Taubah 42 Maka adakah pantas bagi seseorang telah mengaku cinta kepada Allah, berangan ingin mendapat jannah, namun ia enjoy dengan maksiat, foya-foya, dan tidak memiliki perhatian terhadapp urusan agamanya? Hamba Allah yang tulus ingin mendapatkan jannah akan berupaya memahami ilmu menuju jannah, mengamalkannya dan bersabar atas gangguan yang dihadapannya serta berpaling dari pantangan-pantangan Jannah adalah bukti konkrit manusia yang ingin mendapatkan jannah. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, “enam perkara, apabila ada pada diri seseorang maka ia betul-betul mencari jannah dan menjauh dari neraka, yakni mengenal Allah kemudian mentaatinya, mengenal setan kemudian memusuhinya, mengenal kebenaran kemudian mengikutinya, mengenal kebathilan kemudian menjauhinya, mengenal dunia kemudian mengesampingkannya menggunakannya untuk kepentingan akherat dan mengenal akherat kemudian memburunya.” JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Jika para pemburu jannah harus mencurahkan pengorbanan segala yang dimilikinya, bukan berarti para calon penghuni neraka tidak butuh pengorbanan untuk mendaftar menjadi penghuninya. Musuh-musuh Islam pun mencurahkan segala tenaga, bersusah payah dan mengorbankan apa yang mereka punya untuk menukarnya dengan neraka. Allah berfirman وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِن تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّـهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿١٠٤﴾ “Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” QS An-Nisa’ 104 Begitupula dengan para pemburu yang melalaikan akheratnya. Belum ada ceritanya para penggandrung dunia merasa puas dengan apa yang telah di tangannya. Dia akan senantiasa berjuang, berkorban dan bekerja keras untuk memburu keinginan nafsunya yang mustahil akan didapatkannya. Akan tetapi عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ﴿ ٣﴾ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً “Bekerja keras lagi kepayahan, lalu memasuki api yang sangat panas neraka.” QS Al-Ghasiyah 3-4 JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Siapapun manusia sesungguhnya ia akan menuai hasil perbuatannya di dunia. Yang kafir ataupun yang mukmin, yang shalih maupun yang thalih, yang kaya ataupun yang papa. Hasil yang diperoleh tergantung dengan besarnya pengorbanan dan tujuan ia berkorban. Jika para pemburu neraka berkorban dan berjuang untuk mendapatkan kebinasaannya, tentulah pengorbanan kita untuk mendapatkan kenikmatan Jannah harus lebih dituntut. Hendaknya kita tidak segera merasa bangga dan merasa cukup dengan amal yang telah kita usahakan, karena kenikmatan jannah yang disediakan untuk kita terlampau besar bila dibandingkan dengan upaya kita. Imam Syafi’i berkata, “jika anda takut ujub, maka ingatlah tiga perkara, yakni ridha siapa yang dia cari, kenikmatan apa yang dia inginkan dan kebinasaan mana yang hendak dia jauhi. Barangsiapa yang merenungkan ketiganya, niscaya akan merasa kecillah apa yang telah dia usahakan.” أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى اَللَّهُمَّ اكْفِنا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Jannah Dikelilingi Oleh Hal Hal Yang. الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Segala puji kita bagi Allah Rabb sepenuh atas berbagai jenis nikmat yang telah dianugerahkan pada kita semua. Segala pun lemak yang Allah berikan patut kita syukuri walau itu adv minim. مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ “Siapa pun nan lain mensyukuri nan minus, maka ia sulit bagi mensyukuri sesuatu yang banyak.” HR. Ahmad Kiranya kita menjadi bani adam yang bersyukur dan dapat memanfaatkan enak yang ada dalam disiplin dan ketakwaan lega Allah. Shalawat dan salam semoga terlampiaskan kepada Nabi besar Muhammadshallallahu alaihi wa sallam, pun kepada para sahabat, para tabi’in, serta para jamhur yang telah memberikan contoh yang baik puas kita. JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Rasulullah bersabda حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ وَحُمَيْدٍ عَنْ نَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتأ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ Telah berkisah kepada kami Abdullah bin Maslamah polong Qa’nab, telah bercerita kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dan Humaid, dari Anas bin Malik berujar, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Jannah dikelilingi oleh berbagai hal yang bukan menyenangkan dan neraka dikelilingi dengan berahi.” HR Muslim Utusan tuhan mengabarkan kepada kita bahwa jannah dikelilingi oleh berbagai peristiwa yang umumnya tidak disukai makanya manusia. Siapapun yang ingin mendapatkan Jannah mesti siap menempuh jalan yang penuh onak dan duri, urut-urutan penampikan yang melelahkan, pengorbanan harta, tenaga, usia dan bahkan sukma, supaya suhu nafsu menentangnya. Terpajang pula di hadapannya sewu suatu rintangan yang tak diingini maka itu nafsu yang condong rehat dan berfoya-foya. Sebaliknya, neraka terselubungi maka dari itu sejuta pesona yang seronok orang cak bagi menjamahnya, serasi dengan selera nafsu dan angkara. Sehingga banyak makhluk terkecoh oleh jerat dan perangkapnya. Teraihnya jannah hanyalah apabila manusia sanggup bermain dengan aturan dan pancang-rambu nan telah ditetapkan maka dari itu Sang Pemiliki Jannah Allah berupa perintah dan larangan. Mengikuti rambu-patok tersebut membutuhkan kesabaran ekstra dan pengorbanan nan luar biasa. Karena biasanya perintah adalah sesuatu nan berat diterima oleh selera hawa nafsunya. Adapun wujud larangan biasanya justru sesuatu yang diingini makanya syahwatnya. Belaka inilah harga nan telah ditentukan maka dari itu Pemiliknya. Yang mahakuasa mensifatkan keadaan penghuni jannah dengan firman-Nya وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾ “Dan mengenai orang-cucu adam yang seram kepada kebesaran Rabbnya dan membendung diri dari kedahagaan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah wadah tinggal nya.” QS An-Nazi’at 40-41 JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Mush’ab bin Umair, rela meninggalkan segala kemewahannya ketika diboikot insan tua sejak turut Islam. Dari pemuda yang paling keren, minimum halus bajunya, paling wangi minyaknya bak photo model dan minimal didamba dara-cewek di Mekah. Akhirnya sira tinggalkan semuanya karena Islam. Bahkan tatkala syahid di tempat perang, hanya burdah yang dimilikinya untuk menutup tubuhnya, jika ditutpkan kakinya kelihatan kepalanya dan sekiranya ditutupkan kepalanya tertumbuk pandangan kakinya. Beliau senggang, itulah organ ubah buat meraih jannah. Demi melihatnya nabi berbicara, “Sungguh di Mekah dahulu aku tak melihat sosok yang makin halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada kamu. Namun sekarang rambutmu kusut masai dan tubuhmu hanya ditutup dengan sepenggal burdah.” Lalu beliau berucap perihal Mush’ab dan pahlawan tidak yang gugur نَّكُمُ الشُّهَدَاءُ عِنْدَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ يَشْهَدُ أ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ “Sungguh Rasulullah aku bersaksi bahwa kalian adalah syuhada di sisi Allah pada hari kiamat.” JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Jannah tidaklah disediakan bikin mereka nan tak cak hendak menggaji harga, bakhil kerumahtanggaan mengorbankan apa yang dimilikinya buat mendapatkannya. Bukan pula bagi manusia nan zirnikh kerjakan meraihnya tetapi tak sudi menempuh jalannya. Allah membualkan perihal orang-sosok yang enggak timbrung serta dalam perang Tabuk لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَّاتَّبَعُوكَ وَلَـٰكِن بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ ۚوَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّـهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنفُسَهُمْ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ﴿٤٢﴾ “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa maka dari itu mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah “Jikalau kami sanggup tentulah kami menginjak bersama-samamu” Mereka membasmi diri mereka sendiri dan Sang pencipta mengerti bahwa sesungguhnya mereka serius orang-bani adam yang berdusta.” At-Taubah 42 Maka adakah pantas bagi seseorang sudah lalu mengaku cinta kepada Allah, berangan ingin mendapat jannah, hanya beliau enjoy dengan maksiat, foya-foya, dan tidak memiliki perhatian terhadapp urusan agamanya? Hamba Sang pencipta yang tulus ingin mendapatkan jannah akan berupaya memahami aji-aji menjurus jannah, mengamalkannya dan bersabar atas batu yang dihadapannya serta berpalis dari pantangan-pemali Jannah adalah bukti konkrit manusia nan kepingin mendapatkan jannah. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bercakap, “heksa- perkara, apabila ada pada diri seseorang maka ia sungguh-sungguh berburu jannah dan menjauh dari neraka, ialah mengenal Allah kemudian mentaatinya, mengenal setan kemudian memusuhinya, mengenal keabsahan kemudian mengikutinya, mengenal kebathilan kemudian menjauhinya, mengenal manjapada kemudian mengesampingkannya menggunakannya untuk kepentingan akherat dan mengenal akherat kemudian memburunya.” JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Takdirnya para pemburu jannah harus mencurahkan pengorbanan apa yang dimilikinya, enggak berarti para calon penghuni neraka tidak butuh pengorbanan untuk mendaftar menjadi penghuninya. Teman-p versus Islam juga mencurahkan segala tenaga, bersakit-sakit dan mengorbankan apa yang mereka punya untuk menukarnya dengan neraka. Yang mahakuasa bertutur وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِن تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّـهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿١٠٤﴾ “Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana sira menderitanya, madya kamu mengharap pecah Allah apa yang tak mereka harapkan.” QS An-Nisa’ 104 Begitupula dengan para pemburu yang melalaikan akheratnya. Belum ada ceritanya para penggandrung manjapada merasa puas dengan apa yang mutakadim di tangannya. Engkau akan senantiasa berjuang, berkorban dan berkreasi keras untuk memburu kerinduan nafsunya nan mustahil akan didapatkannya. Akan tetapi عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ﴿ ٣﴾ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً “Bekerja keras lagi kepayahan, lalu memasuki api yang tinggal panas neraka.” QS Al-Ghasiyah 3-4 JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH Siapapun manusia selayaknya ia akan menuai hasil perbuatannya di marcapada. Yang kafir ataupun nan orang islam, yang shalih maupun nan thalih, nan kaya alias nan miskin benar. Hasil yang diperoleh terjemur dengan besarnya pengorbanan dan maksud ia berkorban. Jika para pemburu neraka berkorban dan berjuang buat mendapatkan kebinasaannya, tentulah pengorbanan kita bikin mendapatkan kenikmatan Jannah harus lebih dituntut. Mudah-mudahan kita tidak segera merasa bangga dan merasa cukup dengan amal yang telah kita usahakan, karena kenikmatan jannah nan disediakan untuk kita terlampau besar bila dibandingkan dengan upaya kita. Imam Syafi’i berkata, “takdirnya beliau takut ujub, maka ingatlah tiga perkara, merupakan ridha siapa nan ia cari, kenikmatan apa nan dia inginkan dan kerusakan mana yang hendak dia jauhi. Barangsiapa yang merefleksikan ketiganya, niscaya akan merasa kecillah apa yang telah dia usahakan.” أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى اَللَّهُمَّ اكْفِنا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Source